Credit : Aditya Prabaswara (Mahasiswa Graduate Spring 2012 - Fall 2013, Department of Electrical Engineering)
Source : http://aprabaswara.wordpress.com
Gw melanjutkan kuliah di KAIST (Korea Advanced Institute of Science and Technology) program master Electrical Engineering. Yaa sesuai lah kurang lebih dengan bidang yang gw jalani selama di S1. Di postingan ini gw ga akan terlalu detail, tapi gw akan menjelaskan secara garis besar seperti apa hidup dan belajar di KAIST.
Kita mulai dari segi hidup dulu saja ya. Masalah akomodasi, semua mahasiswa baru termasuk saya biasanya ditempatkan di salah satu asrama yang tersebar di KAIST. Di sini gw kurang beruntung karena dapat asrama yang fasilitasnya gak begitu bagus kalau dibandingkan dengan asrama lainnya. Tapi sejauh ini dorm cuma tempat tidur, jadi sebenernya ga terlalu pengaruh sih.
Dari segi makanan, harga makanan di Korea kalau di-kurs-kan memang lebih mahal dibandingkan dengan makanan di Indonesia. Untungnya makanan cafeteria KAIST mendapatkan subsidi sehingga lebih murah jika dibandingkan dengan makanan di luar kampus. Meskipun begitu tetap saja rata-rata sekali makan adalah 3500 won, dengan kurs 1 won = 11-12 rupiah. Untungnya sejauh ini beasiswa yang gw dapat cukup untuk mengcover kebutuhan sehari-hari.
Berikutnya adalah dunia perkuliahan. Di sini, mahasiswa yang ingin mendapatkan gelar master melalui thesis harus masuk ke salah satu lab dari professor-professor yang ada dan menjadi kuli researcher di lab itu. Ini berarti kadang professor akan memberikan proyek ke kita untuk dikerjakan, atau kita menjadi kacung asisten untuk membantu riset yang sedang dilakukan mahasiswa PhD di lab itu. Perlu diperhatikan bahwa kita harus selalu standby di lab selama jam kantor dari lab tersebut, meskipun ini bukan berarti 100% waktu kita digunakan untuk riset. Yang penting standby di lab, apakah itu mengerjakan proyek, PR, belajar, browsing, atau dalam kasus senior-senior di lab, main WoW dan Starcraft. Sayangnya posisi komputer gw kurang menguntungkan untuk main game :p. Tapi kondisi ini kadang menguntungkan dalam artian kita jadi terpacu untuk lebih produktif selama di lab (dengan kata lain malu kalo nyampah).
Untuk courseworknya sendiri, di sini biasanya satu semester diisi dengan 9 SKS. Mungkin ini jumlah yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan waktu S1 di mana gw biasa mengambil 18 – 22 SKS per semesternya. Namun jangan salah, karena di sini tugas perkuliahan kadang bisa sangat menyita waktu, sehingga 12 SKS bisa jadi menjadi sangat berat. Oh dan gw lupa menyebutkan, orang Korea memiliki kemampuan bahasa inggris yang gak begitu bagus. Jadi waktu di kelas pun kadang gw merasakan kesusahan karena bahasa inggrisnya si profesor kadang ga ketangkep. Dan di luar kelas mungkin kita akan kesulitan belajar bareng dengan temen-temen Korea, dikarenakan mereka sulit menjelaskan beberapa hal dalam bahasa inggris.
Sejauh ini mungkin cerita gw segitu dulu, dan BTW di minggu kedua di sini gw udah merasakan dua kali pulang lewat tengah malam dari lab dikarenakan harus membereskan semacam praktikum sismik. Untuk yang mau kuliah di Korea, gw peringatkan saja bahwa kuliah di Korea adalah kerja keras. Jadi bersiaplah :)
Comentarios