top of page

Jeonju Trip: What a Twist!!

  • kaistina0
  • 2021년 3월 1일
  • 6분 분량

Credit : Muhammad Naufal Lintangpradipto (mahasiswa Master 2014 Fall, Department of EEWS (Earth, Energy, Water and Sustainability) KAIST)

Tepatnya ketika liburan panjang Soelnal di Korea awal Februari silam, saya bersama temen-teman KAIST Indonesia lainnya mengunjungi salah satu tempat wisata di korea yaitu Jeonju Hanok Village. Oh iya, mungkin buat sebagian pembaca disini tidak terlalu familiar dengan apa itu libur Seolnal. Yap, di Korea ini ada dua libur panjang yang selalu dinanti oleh warga Korea dengan antusias, yang pertama adalah libur Chusoek dan satunya lagi adalah libur Soelnal. Liburan Chuesok ini biasanya bagi kita (baca mahasiswa Indonesia) dikaitkan seperti liburan lebaran di Indonesia, jadi hampir sebagian besar warga korea berbondong-bondong kembali ke kampung halamannya. Sedangkan libur Soelnal ini biasanya dikaitkan seperti libur tahun baru imlek, karena memang liburannya untuk merayakan tahun baru kalender cina/ imlek di korea sih (hihihi gitu deh pokoknya). Bedanya, kalau di Indonesia libur Imlek hanya sehari, disini liburan Imleknya bisa sampai 3 hari :D

Anyway, let’s get back to the original story, yap kita bareng-bareng menghabiskan waktu libur panjang kemaren untuk mengunjungi tempat wisata di korea yang bernama Hanok Village. Kalo dari brosur yang kita lihat dan navering (baca googling) sih, itu kawasan perumahan tradisional korea yang katanya sangat cultural dan cukup menjanjikan sebagai objek wisata. Tapi bentar, sejujurnya kita kesana bukan karena mau belajar sejarah ataupun sight-seeing rumah tradisionalnya, tapi karena kita mau makan-makan jajanan terkenal disana. Hahaha, yap kita mau kuliner lebih tepatnya kesana, super absurd kan?? Itulah kita, kelompok absurd yang ngabisin waktu liburan buat makan siang dan jajan-jajan di tempat wisata. Hihihi.

Perjalanan kita dimulai dari berkumpul bersama pagi-pagi di terminal bus KAIST. FYI, untuk menuju Jeonju dari KAIST, kita perlu menempuh perjalanan kurang lebih sejam dengan menggunakan bus. Karena itulah kita berencana kumpul bersama di kaist biar bisa berangkat bareng-bareng naik bus yang sama ke jeonju. But hufftt, seperti biasa dan tidak pernah berubah, warga Indonesia di KAIST ternyata masih berpegang teguh dengan budaya “jam ngaret”, hiks hiks, perjalanan jadi buru-buru deh walaupun akhirnya kita tetep bisa ngejer bus menuju jeonju.

Tidak berhenti disitu saja, setelah sampai di Jeonju, ternyata kita masih perlu menempuh perjalanan menuju tempat wisata hanok village dengan bus lainnya. But you know what was the worst?? Kita ternyata ke hanok villagenya gk naik bus, tapi jalan kaki looh. Huwaaaa, seandainya kaki ini bisa ngomong, mungkin dia udah protes sambil demo kali yah, “kami menuntut kenaikan gaji bagi para buruh pabrik Indonesia!!” #eh #salahtopik #indodemomulusih #nooffense. Anyway, kita terpaksa jalan kaki karena salah satu tour guide kita yang mestinya nunjukin jalan di jeonju gk bisa dateng dan ngasih tahunya di last minute gituh (hayo loh ngaku siapa?!, hihi), jadi kita gk tahu deh mesti naik bus apa dan ke arah mana. So daripada nyasar dan malah makin pusing, kita akhirnya memutuskan buat mempercayai peta brosur di terminal bus jeonju dan ngikutin petunjuk jalannya sambil pake GPS. And voila, ternyata kita bisa juga loh sampe di hanok villagenya. Chukaheyoo!!! Selamat juga deh kita. Hihi, walaupun kaki jadi pegel-pegel.

Oh iya, kelupaan cerita euy, waktu perjalanan kita menuju hanok village, kita sebenernya sempet berhenti loh di salah satu tempat kuliner terkenal di korea. Nama tempatnya lupa banget, tapi tempatnya jualan chocopie special gitu yang isinya vanilla krim plus potongan buah dan dilapisi coklat berlimpah yang super banyak dan berasa banget di lidah (wuupss, kayak sales marketing aja nih jadinya). Tapi yang terpenting sih harganya itu loh yang murah, cocok buat kantong mahasiswa korea #teteup #indobanget.

Nah di Hanok Village-nya kita mulai berburu kuliner deh yang udah kita pikirkan selama perjalanan dan sepanjang tidur kita. First destination kita buat kuliner adalah grill cheese dan ojingo twigim. Grill cheese ini awalnya terlihat seperti kue ketan yang dibakar di wajan kayak biasa. Terus kita cuman iseng coba beli karena tertarik dari kata-kata cheese nya. Tapi ternyata pas dicoba, wuuuhh kejunya ituloh, dibakar tapi tetep rigid, terus begitu kegigit dan kena dilidah rasanya langsung meleleh gitu kayak keju yang biasa kita makan tapi surprisingly panas dan juga lembut kayak cheese cake tapi ada rasa bakarnya juga, pokoknya indescribable deh rasanya. Terus kalo buat ojingo twigimnya sih sudah terlihat dari tampilannya, ukurannya yang besar, digoreng dengan tepung crispy dan kuning berkilau. Rasanya sih mirip-mirip fried chicken pinggir jalan di indo, tapi karena yang digoreng ojingo atau biasa dikenal orang indo sebagai sotong, rasanya jadi kayak cumi goreng tepung. Kalo menurut pendapat pribadi sih nih ojingo twigim jadi makanan paling favorit saya karena porsinya yang besar dan minyak jelantahnya yang kemana-mana (you know what I mean lah), sangat tidak sehat. Hihihi.

Terus kita lanjut ke tempat kuliner kedua kita yaitu chicken and octopus skewer. Kalo dari literally artinya sih jadinya sate ayam dan sate cumi but wait, something definitely differents, yups sate ayam dan sate cumi ini gk seperti yang ada di Indonesia, ukuran sate ayamnya aja bisa 4 kali ukuran normal di Indonesia. Terlebih disini gk mempergunakan bumbu kacang sebagai saos tapi mayonase, ketchup and rumput laut kering. Dan rasanya itu loh, hmm, katanya sih enak. Hehehe. Gk sempet nyobain euy, tapi kata yang makan sih rasanya jauh dari sate ayam dan cumi Indonesia, rasanya malah lebih mirip ke takoyaki tapi cumi dan ayamnya jauh lebih berasa, sluurpps. Jadi kepengen nih tiba-tiba. hihihi

Akhirnya kita menuju tempat kuliner yang paling ditunggu-tunggu, yaitu nasiiii!!! Haha. Karena waktu juga nunjukin jam makan siang, kita akhirnya memutuskan untuk segera makan nasi, karena kita orang Indonesia dan proud to be one, #eh, #salahfokus. Anyway, kita memilih jeonju bibimbap restoran di daerah hanok village itu karena tempatnya ramai dan dari rekomendasi temen-temen yang udah pernah ke jeonju sih mesti nyobain makanan khas jeonju bibimbapnya. Dan yang paling penting sih karena mereka majang harga makanannya di pintu masuknya, jadi kita gak was-was deh pas makan disana (mahasiswa banget lah pokoknya). Dan akhirnya setelah menunggu 30 menit gara-gara jumlah customernya yang membludak dikarenakan libur panjang Soelnal, dateng juga makanan yang kita pesan yaitu jeonju bibimbap. Dari tampilan luar sih terlihat seperti bibimbap biasa (nasi campur khas korea), sayuran khas bibimbap dicampur telor, nasi porsi besar dan beberapa bahan makanan penunjang. Setelah mempersiapkan bibimbap dengan dicampur seperti biasa, kita mencoba bibimbap bersama-sama dan wah voila, rasanya itu loh, bibimbap jeonju tidak ada bedanya dari bibimbap Korea lainnya #troll #bingungsendiri. Seketika semua orang membicarakan bibimbapnya, dari rasa, ukuran, tampilan perbedaan dengan bibimbap korea lainnya. Semua sepakat bahwa jeonju bibimbap ini rasanya seperti bibimbap korea lainnya. Well, pendapat kita sih karena ternyata hampir yang pergi ke Jeonju ini bukan penggemar berat bibimbap korea, jadi bingung juga ngebandinginnya karena makan bibimbap aja jarang, hihihi. Tapi yang terpenting sih jeonju bibimbap ini edible buat dimakan dan rasanya bisa diterima buat lidah orang Indonesia tapi porsinya cukup berlebih sih, jadi pada gk habis deh makannya, mubazir ihh padahal, hufft.

Akhirnya perjalanan kita ditutup dengan mengunjungi satu kuliner terkenal terakhir yaitu Hotteok Jeonju. Tentunya menu ini hasil rekomendasi banyak temen kita yang dateng ke jeonju. Dan ternyata betul, antrian hottok ini aja ampe memanjang 10 meter lebih, mesti nunggu ampe 30 menit sampai dapat giliran mesen Hotteoknya. Ada banyak rasa yang bisa dipilih di Hotteok ini dari rasa original, cheese krim, special cheese krim dan garlic sauce. Masing-masing dari kami membeli Hotteok dengan berbeda-beda rasa tentunya supaya bisa mencoba satu-satu. Dan ternyata voila, kali ini tampilan tidak membohongi rasanya (maap yah Jeonju Bibimbap :p), tepung adonannya yang terbilang tipis dibandingkan Hotteok normal Korea ternyata membuat kombinasi ratio rasa tepung dan sausnya menjadi pas dan terlebih karena pembuatannya dengan dibakar tungku, rasa hangat tepungnya merata keseluruh lapisan dan terjaga rapat sehingga ketika gigitan pertama didapat, heeuummm, rasanya sangat tidak terlupakan. Terlebih kombinasi rasa cheese krim yang unik, menjadikan Hotteok ini salah satu tempat favorit kuliner di Jeonju oleh wisatawan. Dan semua orang pun merasa senang kita mengunjungi Hotteok ini sebagai tempat terakhir kuliner kita, jadi ditutup dengan something special, bukan something like Jeonju Bibimbap. Hehehe.

Well, in the end, kita akhirnya pulang balik menuju kaist setelah capek jalan-jalan puas dengan segala yang kita dapat di Jeonju ini. Tentunya ke stasiun Jeonjunya gk jalan kaki lagi, tapi naik taksi hihi. Memang perjalanan kita kali ini gk semua isinya seneng-seneng, ngerasain pegel-pegel dikaki, nyobain makanan overpriced (sekali lagi maaf yah Jeonju Bibimbap) dan dingin-dingin nungguin pada ke toilet ataupun mesen jajanan di pinggir jalan yang ampe 30 menit sendiri. Tapi semua itu berasa jadi kenangan yang indah sekarang karena kita perginya bersama orang-orang terdekat kita, keluarga kita, KAIST Indonesia, dan hal itu terasa mahal di korea ini. Terima kasih KAIST Indonesia, terima kasih guys, let’s make another one in the near future. -MNL-

Berikut ini adalah foto-foto kita selama di Jeonju :D :D


Pas baru pertama kali sampai di Jeonju, beginilah kira-kira pemandangannya (kita belum di Hanok lho yaa hehehe)

Hihihi, sekjen kita senyum-senyum sendiri hahaha. Weits bentar, itu siapa di belakang? wkwkwk

Nah ini nih, kita akhirnya sampai juga di Hanok Village :D

Sebelum jalan-jalan lebih jauh, narsis dulu hahaha

Salah satu istana yang ada di Jeonju (dari zaman purbakala)

Comments


bottom of page