top of page

Kuliah di KAIST

  • kaistina0
  • 2021년 3월 1일
  • 5분 분량

Credit : Annisa Rahman (Mahasiswa Undergraduate Exchange Fall 2014, Department of Biological Sciences) Source : http://nisarahman.wordpress.com



Jika biasanya tren lulus SMA lanjut kuliah S1 di luar negeri ke Singapura, ga ada salahnya kamu coba apply S1 ke Korea. Alhamdulillah beberapa bulan yang lalu saya berkesempatan mencicipi kuliah di KAIST Korea Selatan selama satu semester. Dan ternyata di kampus ini ada beberapa mahasiswa S1 yang berasal dari Indonesia. Awalnya agak surprised juga, soalnya saya kira yang dari Indonesia cuma S2 dan S3. Untuk kuliah S1 di KAIST, kamu tidak mesti mendaftar beasiswa pemerintah Korea, karena kuliah di KAIST gratis, bahkan tiap bulannya kamu mendapat uang saku yang cukup dari kampus. Jika kamu merasa uang bulanan dari KAIST kurang, banyak tawaran part time job yang bisa kamu coba selama kuliah di KAIST. Dari segi biaya hidup, Korea Selatan tidak begitu jauh dibandingkan dengan di Indonesia. Biaya untuk sekali makan yang standar rentangnya sekitar 20-50 ribu. Tapi buat saya pribadi, porsi makan di Korea cukup besar, 1 porsi bisa dimakan untuk 2 kali. Apalagi jika kita masak, kita bisa jauh lebih menghemat dibandingkan dengan makan di luar. Lebih enak lagi jika kita punya teman untuk masak dan saling berbagi. Karena rata-rata dormitory KAIST ga pake dapur, untuk masak kita harus ke International Kitchen di gedung W7. Jika dorm kamu cukup jauh dari W7, masak cukup menguras waktu juga. Jadi sekali masak lebih baik dalam jumlah yang banyak sehingga bisa disimpan, paling tidak bisa dimakan untuk dua hari. Karena kalau tiap waktu makan kita masak, bisa repot juga, hehe. Untuk tempat tinggal, apalagi yang belum nikah, biasanya anak KAIST tinggal di dormitory yang disediakan kampus, karena prosesnya tidak seribet jika kamu menyewa apartemen di luar kampus, dan tentunya biaya yang dikeluarkan juga lebih murah di dormitory. Saya sendiri waktu kuliah di KAIST memesan dorm yang paling murah untuk wanita, yaitu di Munji Campus, kampus yang berada di luar kampus utama KAIST. Walaupun murah, sebenarnya fasilitasnya lebih enak dibanding beberapa dormitory di dalam kampus KAIST yang harganya lebih mahal. Di Munji Dormitory, kamu bisa masak karena setiap 2 lantai ada dapur, ada kamar mandi dalam, satu kamar cuma berdua, dan kamarnya juga luas. Tapi ga enaknya, karena letaknya yang di luar kampus, kalau kamu lagi perlu cepat ke kampus utama KAIST, kamu ga bisa buru-buru, kamu harus menunggu shuttle bus KAIST. Kalau engga naik bis umum yang memakan ongkos dan jadinya makin lama karena rutenya muter. Adapun untuk ke kampus utama KAIST, pihak kampus menyediakan shuttel bus KAIST yang datang setiap 30 menit atau setiap 1 jam, kalau lagi rush hours biasanya tiap 30 menit. Lama perjalanan dari Munji Campus ke kampus utama KAIST sekitar 10 menit. Karena tugas-tugasnya banyak, menurut saya perkuliahan di KAIST cukup berat. Belum tau juga sih jurusan lain, hehe :D (saya di Departemen Biological Science). Dan yang bikin berat itu saingannya, karena KAIST adalah salah satu kampus terbaik di Korea Selatan, tentunya di kampus ini isinya orang-orang Korea Selatan yang terbaik juga, yang semangat belajar dan daya juangnya tinggi. Setiap hari perpustakaan Undergraduate buka 24 jam, sedangkan untuk perpustakaan pusat, buka sampai jam 12 malam. Kalau lagi pekan ujian atau pekan menjelang ujian, perpustakaan-perpustakaan di KAIST penuh (pernah saya gak dapet bangku). Di perpustakaan Undergraduate banyak mahasiswa yang menginap. Sedangkan di perpustakaan pusat, bahkan sampai perpustakaan mau tutup jam 12 malam masih banyak orang. Saya dengar dari mahasiswa KAIST yang orang Korea, untuk diterima di KAIST butuh perjuangan ekstra semenjak SMA, teman saya ini bahkan les sana-sini demi cita-citanya untuk kuliah di KAIST. Karena lulusan KAIST terkenal mudah mencari pekerjaan dan dijadikan prioritas oleh perusahaan-perusahaan, banyak pelajar-pelajar SMA di Korea Selatan ingin kuliah di KAIST. Walaupun persaingannya sangat strict, gak semua anak-anak di KAIST itu merhatiin bener-bener dosennya ketika sedang kuliah. Ada juga yang tidur atau main hape ketika dosennya sedang menerangkan. Tapi lucunya, ketika hasil ujian diumumkan, orang-orang yang tidur dan main hape itu malah nilainya pada bagus. Mungkin di luar kuliah belajar ekstra banget kali yah :D , atau emang jenius. Soal ujian di KAIST biasanya essay, dan jawabannya benar-benar buku banget, terkadang menurut saya slide kuliah tidak begitu membantu. Jadi kalau kuliah di KAIST harus sering-sering baca textbook. Terkait soal yang essay, pernah satu ketika saya udah butek dengan ujiannya, lalu saya memutuskan untuk mengumpulkan lembar jawaban lebih cepat (sangat cepat malah) dari sisa waktu yang diberikan. Ketika saya sudah mengumpulkan, saya lihat orang di depan saya menjawab dengan penuh ambisi. Kenapa? Karena satu halaman polio itu penuh semua tidak ada space sama sekali. Biasanya kalau pake polio, at least space paling atas dan paling bawah biasanya dikosongin. Belum lagi kegilaan mereka yang gak henti-hentinya meminta tambahan polio buat jawaban, seolah seisi buku akan ditulis semua. Padahal saya pribadi 2 lembar kertas polio saja udah cukup, malah masih banyak space. :p Karena itu saya sempet tertekan juga ketika keluar ruangan, saya takut banget dapet nilai D, apalagi F. Malu-maluin kan, apalagi saya anakexchange yang notabenenya bawa nama kampus dan bawa negara. Tapi ternyata pas nilai keluar, nilainya bener-bener dari langit, ga seperti yang saya bayangin (biarpun ga bisa dikatain bagus juga sih, hehe :p). Menurut saya perkuliahan selama di KAIST sangat seru dan menambah wawasan. Walaupun begitu selama kuliah di KAIST saya lebih seneng sama dosen-dosen asing, karena ngajarnya lebih seru. Biasanya kalau dosen-dosen dari Eropa atau Amerika kalau ngajar ga yang ngomong terus, tapi ada diskusinya, dan suka tiba-tiba nunjuk kita buat jawab. Karena itu adrenalin jadi meningkat dan ga ngantuk. Sedangkan dosen-dosen native Korea di kelas yang saya ikuti (saya ga tau di luar kelas yang saya ikuti), menurut saya agak monoton karena ngomong terus dan cenderung bikin ngantuk, hehe. Selain itu bahasa Inggrisnya seringkali beraksen Korea sehingga tidak begitu jelas terdengar di telinga saya.Yah, tergantung orangnya juga sih lebih seneng gaya ngajar model apa. Saya pribadi memang lebih senang dengan gaya ngajar orang Eropa atau Amerika yang biasa berdiskusi dan mengemukakan pendapat. Mayoritas perkuliahan di KAIST memang menggunkan bahasa Inggris, jadi enaknya kita tidak mesti lancar bahasa Korea dulu untuk kuliah di KAIST. Terkait mahasiswa di KAIST, karena kampus ini kampus teknik, jumlah mahasiswinya dikit banget, dari biasanya sekitar 1000 freshman tiap tahunnya (untuk S1), mahasiswinya hanya sekitar 10%. Ada satu kelas bahkan di mana saya ceweknya cuma sendiri. Sedangkan ketika saya di farmasi ITB malah sebaliknya, cowoknya yang dikit. Biologi di ITB pun biasanya banyakan ceweknya, tapi kalau di KAIST lebih banyak cowoknya. Walaupun tetep sih konsentrasi mahasiswi di KAIST banyaknya di departemen Biological Science. Liburan kuliah di KAIST biasanya cukup panjang. Perkuliahan murni sebenarnya hanya 3,5 bulan setiap semesternya. Walaupun begitu, perkuliahan yang sangat singkat itu benar-benar padat. Belom lagi ditambah dengan tugas-tugas yang cukup banyak. Walaupun perkuliahan di KAIST cukup hectic dan berat, Alhamdulillah saya belum pernah dengar ada mahasiswa S1 asal Indonesia yang DO dari KAIST. :)

Comentários


bottom of page